Sudah berbagai macam cara saya tempuh untuk mencari pengobatan dan kesembuhan dari derita Tinnitus (T), termasuk sekarang menjalani diet tinnitus. Dari mulai menjalani pengobatan Tinnitus secara medis, berbagai macam terapi, hingga pengobatan secara non medispun sudah dijalani. Sayangnya sampai saat ini masih belum menemukan cara yang ampuh dan manjur bahkan untuk sekedar meredakan Tinnitus. Kesan dan rasa beratnya menjalani berbagai pengobatan itu semua sudah cukup membuat saya kehilangan semangat, berat di ongkos, berat di pikiran juga berat di jalan. Bagaimana tidak, sekian banyak usaha dan upaya dalam mencari kesembuhan selama lebih dari 1 setengah tahun ini, masih belum juga menemukan titik pencerahan. Tapi ternyata itu semua belum cukup, masih ada tantangan berat lagi yang mesti saya hadapi, diet tinnitus.
Diet tinnitus ini saya dapatkan dari therapis dan praktisi kesehatan holistik di daerah saya. Dari kebanyakan pasien yang berobat ke sana memang banyak sekali yang mengalami kesembuhan dan metode pengobatannya cukup manjur serta menyeluruh. Bukan hanya pengobatan dari segi medis, terapi, psikiater hingga pengobatan non medispun ada, mungkin itulah kenapa pengobatan ini disebut terapi holistik (menyeluruh). Setiap pasien diperlakukan berbeda, sesuai keluhan penyakit masing-masing. Tapi ada satu kesamaan, rata-rata bahan pengobatan menggunakan bahan herbal yang bisa didapatkan dari lingkungan sekitar, itupun harus mengolah sendiri. Tak masalah, saya tak merasa keberatan jika harus mengolah bahan herbal alih-alih obat dokter yang lebih praktis. Tapi ujian utamanya bukan di situ, saya diharuskan menjalani diet untuk tinnitus saya.
Beratnya Pantrangan Diet Tinnitus
Sangat berat, terlalu berat bagi saya. Jangankan menjalani diet tinnitus, untuk sekedar diet mengurangi berat badan saja saya tidak mampu. Saya itu doyan makan dan ngemil, hampir tidak ada makanan yang saya tidak suka. Saya bukan orang yang rewel dengan makanan, tidak pilih-pilih atau punya pantrangan tertentu, terbiasa makan apa saja dengan bebas. Tapi sekarang saya harus jalani diet, itupun bukan sekedar diet biasa. Diet tinnitus ini melebihi vegetarian bahkan vegan sekalipun (Vegan lebih ketat dari vegetarian). Jika vegetarian masih bisa makan telur, susu atau olahan keduanya maka tidak dengan diet ini, telur, susu, mentega hingga bolu saja tidak boleh ๐ Pantrangan makanan ini terlalu ketat, terlalu berat bagi saya, rasanya seperti penyiksaan. Coba lihatlah pantrangan makanan di bawah ini, saya harus makan dengan apa?
Semua jenis daging (ayam, kambing, sapi) tidak boleh, semua jenis ikan tawar ataupun ikan laut tidak boleh. Telur dan susupun tidak boleh juga, hingga sayuran hingga buah-buahan favorit saya juga tidak boleeeeehh… Bahkan makanan yang mengandung sari-sari dagingnya sajapun seperti sosis atau nugget juga tidak boleh. Lalu saya harus makan dengan apa? Sepertinya satu-satunya lauk yang aman untuk saya makan hanyalah tahu atau tempe saja, huaaa… ๐
Jika vegetarian masih bisa makan sayuran dan buah-buahan, maka saya sayuranpun tidak semua boleh. Hanya sayuran tertentu yang justru tidak umum dikonsumsi. Bahkan lalapan, ternyata lalapan pun juga harus dihindari. Itu belum semua lho, apa yang terlihat pada gambar pantrangan makanan di atas itu belum seluruhnya. Justru setelah ditanyakan kembali, semakin banyak pantrangan makanan yang harus dihindari. Duhh… kok malah makin berat saja sih??!! Memang setelah saya jalani beberapa hari saja efeknya memang terasa. Telur adalah makanan yang sangat berpengaruh sekali dalam memantik denging tinnitus dibanding makanan lain, daging sekalipun. Dengan menghindari daging ternyata badan terasa lebih bugar dan tidak gampang lelah. Meski begitu proses demi kesembuhan tinnitus metode diet ini belum sepenuhnya tuntas. Diet Tinnitus ini adalah proses terpanjang yang mesti saya jalani entah sampai kapan. Memang terasa sangat berat, tapi tetap saya mesti bersyukur karena ada yang lebih berat lagi dari saya. Saya masih boleh makan nasi, itu yang penting. Sementara ada juga pasien lain yang tidak boleh makan nasi dan harus menggantinya dengan kentang. Berat, memang berat dan sangat tersiksa. Jadi, jagalah kesehatan…