The Beginning
Sepuluh tahun terakhir, kira-kira sejak kepindahanku ke Tasik February 2001 lalu, penyakit inipun mulai kuidap. Aku tidak bisa mengingat dengan persis bagaimana semua ini dimulai, tak seorangpun dari keluargaku memiliki penyakit yang sama. Dengan masuknya aku ke pesantren membuat bertambahnya kegiatan dan aktivitas yang kujalani dan seharusnya sudah cukup bisa membuatku tidur dengan mudah, tapi aneh penyakit insomnia ini malah semakin menjadi. Satu-satunya saat yang kurasa paling tepat untuk bisa tidur adalah beberapa jam setelah pulang sekolah antara pukul 1.30 ~ 3.00 siang. Namun serba salah pula akhirnya jika kumanfaatkan waktu itu karena akan membuatku semakin susah tidur di malamnya 🙁
Seringkali ku mencoba jujur dan menanyakan pada diri sendiri, apa yang kurang, atau adakah yang kupikirkan?? Jika dari sudut pandangku salah mungkin jawaban dari semua sugesti orang lain akan terbukti dan membantuku. Tapi kudapat menjawab dengan mudah pertanyaanku tadi, tidak ada, hari ini ku cukup lelah, sekarang saatnya istirahat dan memikirkan rencana buat esok. Sesederhana itu dan, kupikir semua orangpun melakukan yang sama dan dapat membeli tiket tidur dengan MURAH. Bahkan jika harus kurinci semua aktifitas keseharianku bersama keluarga, teman, bahkan sahabat sekamar (kost-an maxudnya :D), sama saja! Tak jarang aku dan sahabatku melakukan hal yang sama dalam 24 jam, bepergian, jalan-jalan, kuliah bahkan mungkin langkah kaki dan porsi makan yang sama dengan waktu makan yang sama pula. Tapi tetap saja, untuk urusan tidur, hmmhh…
Is it Curse or Gift?
Untuk beberapa saat, sebagian besar dari paruh waktu yang kujalani bersama dengan neng Insomnia lebih kujalani dengan positif. Memasuki masa-masa kuliah yang mulai penuh dengan aktivitas, hiburan dan hangatnya kebersamaan dengan sahabat cukup membantuku lebih enjoy. Kost-anku pun sering menjadi basecamp tempat ngumpul anak-anak buat ngaliwet atau makan-makan sehabis kuliah atau sengaja ngadain acara makan bareng modal serebu doang, nineung mode: on. Apa lagi setelah punya komputer sendiri, rasanya belum mau tidur sebelum menemukan sesuatu yang aneh atau baru dari komputer.
Sejalan dengan itu, susahnya merubah kebiasaan buruk bergadangpun semakin menjadi. Namun karena faktor lingkungan dan keadaan waktu itu yang tak mungkin bisa kuhindari, maka aku lebih baik memanfaatkannya untuk kebaikanku sendiri. Aku tak pernah kewalahan jika harus menyelesaikan tugas hingga malam, sistem SKS (sistem kejar semalam) yang meradang diantara temankupun seringkali “membantuku” dan tak jarang membuahkan sumber income yang tak kuduga. Atau kadang kalau lagi hoki, temanku seringkali menawarkan job translate buku. Yah, lumayan deh buat nambah jajan seminggu dan beli software baru.
This is My Now
Jika kuingat kembali semua yang telah terjadi dan menyadari apa yang kuhadapi saat ini, seolah penderitaan di masa lalu tak pernah benar-benar menyakitiku. Atau.., aku mungkin lupa, bahwa masa laluku pun sama menyakitkannya. Namun beruntunglah.., ku bisa melupakan penderitaan lama itu dan sampai hari ini ku masih tersadar dan mampu bertahan. Walaupun dengan penyesalan karena sekian banyak waktu yang terbuang, rencana yang meleset, terbengkalai dan tak pernah selesai. Sungguh sama sekali aku tak pernah berniat, atau sengaja melalaikan rencana itu. Ingin ku marah, melampiaskan rasa kecewa, dan menyalahkan diriku sendiri atas semua kegagalan itu. Ketika aku jujur, dan kembali menanyakan pada diriku. Apa yang membuatku salah, lalai dan gagal? Jawaban yang paling jelas dan nampak di pelupuk mataku adalah ketidakmampuan diriku untuk memanage, mengontrol, dan melaksanakan rencana pendek yang ada di depan mata. Namun sisi lain dirikupun sering berkata dan menyadari dengan sakit, lemah dan tanpa daya bahwa itu semua karena (bukan adalah) ketidakmampuanku menolak takdir. Bagaimana tidak, siapa yang menghendaki diriku dibebani penyakit susah tidur ini??? Sungguh kusadar jika itu adalah beban nasib yang bisa kuubah, sudah berapa banyak obat-obatan, terapi, dan usaha lain yang kulakukan? Apa lagi yang harus kulakukan jika semua usahaku berakhir tanpa hasil? Emmhhh.., sudah. Kusadar dan kutahu persis seperti apa penderitaan ini dan sudah kulakukan sejauh yang kubisa. Namun tetap.., aku hanyalah wayang yang diperlakukan sesuai keinginan Sang Dalang.
Eits, hello..!! Tunggu dulu, seserius apa sih masalah lo?!! Apa yang bikin hidup dan masalah lo berat sampe segitunya? What is this all about? Hmhh! Biar kubisikkan dengan perlahan tapi jelas… It’s all about SLEEP…… Te, I, De, U, eR… Bobo! Ya, sesederhana itu! Siapa atuh yang tidak paham dengan tidur? Bahkan kuyakin anak umur 5 tahun pun tahu apa artinya, seperti apa bentuknya, dan bagaimana cara melakukannya, dengan mudah. Kuyakin salah satu hal yang paling dinantikan bagi sebagian besar orang setelah menunaikan aktifitas keseharian, melepas rasa lelah, bahkan mungkin melupakan sejenak problematika hidup adalah istirahat dan tidur. Sejenak menyimpan dan mengumpulkan kembali tenaga agar esok hari bisa fit dan lebih siap melanjutkan hidup. Sayangnya tidak denganku, saat malam menjelang hanya ketakutan, rasa pesimis dan kecewalah yang selalu menghantuiku.
Sudah berapa banyak waktu dan kesempatan terbuang hanya gara-gara susah tidur… Dan rasanya semua yang kulakukanpun tak pernah benar-benar maksimal. Semua rencana dan target yang sudah disusunpun harus menjadi molor, terbengkalai dan tak selesai sesuai jadwal. Bagaimana kubisa melakukan semua itu jika hanya niat saja yang kupunya, selebihnya badanku lemah, mataku pedih dan penglihatanku kabur, kepalapun rasanya berat dan sakit, pikiran gak fokus, dan semangatpun hilang. Kadang sengaja dan seringkali kuforsir badanku ini sampai melebihi batas dengan harapan bisa kubeli dan kutukar sebagai tiket tidur. Sesekali mungkin berhasil dan bisa membuatku tidur, tapi seringnya justru malah membuat badan sakit dan tidurpun tak pernah nyenyak. Segitupun masih mending, karena kadang harapan untuk bisa tidur dengan mudah begitu besarnya, tapi ketika waktunya tiba tetap saja susah, akhirnya hanya rasa kecewa, kesal, marah dan meratap saja yang bisa kunikmati. Lebih dari itu, rasa sakit hati atas kebohongan dan pengkhianatan yang masih belum bisa kulupakan, semakin menambah pikiran dan dendam serta meninggalkan kenangan buruk yang menghantui setiap saat. Betapa tidak, 3 tahun ke belakang aku adalah orang yang penuh dengan ide, harapan dan rencana besar. Mungkin saat itu aku adalah seorang pelari sprint yang sudah mulai berlari sekencangnya, namun pada puncak akselerasi dan hampir memasuki garis finish, seseorang menembak kakiku atau mungkin lebih tepatnya memutuskan sebelah kakiku sehingga akupun terjatuh. Bukan saja tidak sampai pada tujuan, tapi jatuhku tersungkur dan terseret sejauh teori relativitasnya Einstein. Butuh waktu untuk bangkit kembali ke lintasan hidupku, dan akupun sadar betul apa yang ingin kuraih. Namun ironis, kenapa hal sesepele tidur saja begitu mahal buatku?
Dalam sadar dan kekerdilanku kini, aku hanyalah orang yang terpuruk dan tersesat, tersakiti masa lalu dan dihantui misteri kaburnya masa depan. Entah berapa lama lagi penyakit ini masih saja akan menggangguku. Tapi jika kumasih ingat penyakit ini ada awalnya, maka akupun selalu yakin pasti ada akhirnya. Ya Rabb, entah mengapa Kau bebankan aku penyakit seperti ini di masa mudaku. Padahal masa-masa inilah seharusnya kesempatan terbaik untuk menyusun dan membangun hidupku. Jangan biarkan aku kebingungan dalam ketidakberdayaan dan putus asa. Sungguh aku tak mau menjadi orang yang kufur atas nikmat-Mu. Tapi bila setiap makhluk-Mu berhak mendapatkan kebaikan dan kesempatan yang sama, bukakanlah pintu itu untukku. Bila ini semua adalah adzab-Mu, maka ampunilah segala dosaku. Namun bila ini adalah ujian, jadikanlah aku tabah menjalaninya. Ya Rabb.., ku yakin Kau telah membawaku sejauh ini dengan sebuah alasan, kuyakin Kau takkan meninggalkanku tersesat di sini, saat ini.
Maaf, tak seharusnya memang kutulis coretan ini. Hanya saja pikiran ini tak mau berhenti dan terus saja berpusing-pusing ria. Sudah berbagai macam cara kulakukan namun tak juga rasa kantuk datang. Sekali lagi maaf, ini hanya coretan untuk sekadar melampiaskan kekesalan. Namun jika kebetulan anda membaca ini, kirimkanlah doa bagiku, karena tambahan satu doa saja akan sangat berarti…