Apa itu Tinnitus?
Tinnitus (T) adalah bunyi berdenging pada telinga baik pada telinga kiri ataupun kanan dengan durasi yang terus menerus. Sensasi telinga berdenging ini sebenarnya pasti pernah dialami oleh setiap orang dan segala usia. Bedanya dengan tinnitus adalah dia berdenging terus menerus bahkan tanpa henti. Menurut saya sendiri yang paling umum dialami sebenarnya adalah dengung, bukan denging. Jika dengung frekuensi suaranya lebih rendah dan masih lembut. Sementara sensasi denging dari Tinnitus jauh lebih tajam dan bernada tinggi, seperti lengkingan pengeras suara, sangat menyakitkan dan mengganggu.
Bagaimana suara denging Tinnitus?
Sensasi suara denging Tinnitus jg bisa bermacam-macam dirasakan penderitanya. Ada yang lebih mirip desis, suara siulan, bunyi kresek-kresek atau bahkan kombinasi ketiganya. Bunyi denging ini biasanya bersifat subjektif, artinya bunyi denging hanya bisa dirasakan dan didengar penderitanya, tidak ada bunyi suara yang bisa didengar oleh orang lain dari luar. Sementara letak denging bisa di telinga kiri (paling umum), telinga kanan atau yang sudah parah bisa saja menyerang kedua telinga.
Sekilas penderita penyakit Tinnitus ini nampak sehat dan baik-baik saja. Karena dia tidak mempengaruhi kondisi fisik secara signifikan, tidak ada gejala-gejala penyakit umum yang nampak seperti, demam, batuk, pilek, keletihan atau lainnya. Nampak dari luar mereka mungkin terlihat bugar dan sehat, tapi dari dalam mereka sebenarnya sangat tersiksa. Sadly, I am one of them 🙁
Awal Terkena Tinnitus & Perkenalan yang Tak Berkesan
Awal Januari 2018 adalah asal mulai perkenalanku dengan si denging ini. Tidak ada sebab atau peristiwa “besar” yang mengawali pertemananku dengan si denging. Seingatku waktu itu hanya terserang sakit demam biasa. Hari pertama dan kedua demam si denging belum nampak, namun hari ketiga si denging mulai berbisik di telingan kiriku. Kuabaikan bisikannya dan kuanggap tak penting, sebab kupikir itu hanya efek sakit demam seperti biasanya. Hari berlanjut, demam mulai pergi badanpun mulai fit tapi sialnya denging ini tak mau pergi. Hingga Senin, Januari 22 2018 barulah ku periksakan diri ke dokter. Persis saat itulah Aku diperkenalkan dengan si denging ini dengan nama “Tinnitus”. Tak ada kesan menakutkan atau kekhawatiran berlebih sebab kuanggap jika penyakit ini memiliki nama berarti dia memang familiar, tetapi…
Sebulan berselang, rupanya si T ini sangat setia. Dia tidak pernah berhenti berdenging seharipun, selalu ada. Hanya saja dalam beberapa siklus hari tertentu T memudar tapi tak pernah pergi. Dia memang sangat setia, tapi juga sangat tega. Suara dengingnya sangat tajam, mengganggu fokus dan aktivitas sehari-hari terutama menjelang tidur T semakin manja bernyanyi. Bagi sebagian besar orang, kesunyian malam dan tidur adalah pelarian yang sempurna untuk istirahat dan memulihkan diri. Tapi bagiku, ada trauma tersendiri. Bagaimana tidak, kesunyian justru membuat dengingan T semakin jelas dan kencang. Sejak T datang sunyipun sudah hilang, sudah lupalah rasanya sepi dan kesunyian malam. Kesunyian dan kedamaian hanyalah milik mereka, kami penderita T sudah tidak pernah lagi merasakan itu.
Gejala-gejala dan Penderitaan Tinnitusku
Secara umum kesamaan gejala-gejala Tinnitus adalah munculnya denging di telinga. Tapi pada kenyataannya gejala hingga penyebab Tinnitus bisa sangat bervariasi di antara para penderitanya, lihat fakta tinnitus. Jenis bunyi / suara denging, frekuensi tingkat keparahan, letak denging dan pengaruhnya terhadap tubuh bagi para penderita T berbeda-beda. Adapun bagi saya sendiri sebagai berikut:
- Denging di telinga kiri, jenis denging bernada tinggi, tanpa bunyi kresek-kresek atau siulan.
- Sama sekali tidak berpengaruh ke fisik, tidak merasa lemah, letih atau kurang fit.
- Tidak mengganggu pendengaran sama sekali, hasil pendengaran telinga kiri dan kanan sama baiknya.
- Tidak berpengaruh ke kepala, tidak membuat sakit kepala atau kehilangan keseimbangan.
- Denging terus menerus 24 jam dengan puncak denging di hari tertentu dan terasa mending dan mereda di hari tertentu pula.
- Frekuensi denging puncak versus mending (dalam harian / minggu) adalah:
D-D-M-D-D-D-M(Kurang tidur)
D-D-M-M-D-M-D (tak beraturan)
D-D-M-M-D-D-M (Tidur teratur)*D: Denging
*M: MendinganTidur sangat berpengaruh pada denging. Secara umum tidur teratur lebih menjanjikan mengurangi tingkat frekuensi denging perharinya. Tapi di sebagian kasus, tidur malah memicu denging. Frekuensi denging harian di atas membuktikan bahwa dengan tidur teraturpun denging tetap timbul. Misal hari pertama dan kedua mendingan tapi tetap saja hari ketiga muncul denging.
- Kasuistik, bangun pagi mending denging tidak terasa tajam. Siang sekira jam 11.30 ngantuk dan tertidur. Jam 12.00 setelah terbangun denging malah kambuh seterusnya hingga tidur. Ini menunjukan bahwa tertidur atau posisi kepala miring bisa memicu denging.
Tulisan diary ini saya buat sebagai catatan perjalanan selama menderita T beserta upaya pengobatan dan mencari solusi kesembuhan tinnitus yang mungkin bisa bermanfaat bagi yang lain. Apa yang saya alami mungkin dirasakan juga oleh sahabat-sahabat sesama penderita T. Tapi ikhtiar dan upaya pengobatan mungkin akan sangat berbeda hasilnya. Walaupun apa yang pernah saya tempuh tidak berhasil bagi saya, tapi mungkin bisa jadi cocok untuk Anda. Selain sebagai catatan, semoga blog ini bisa menjadi jalan informasi menuju kesembuhan paripurna, atau setidaknya menjadi jalan dorong doa dari Anda para pembaca. Terima Kasih, semoga bermanfaat…