Masih segar dalam ingatanku kejadian luar biasa malam itu, aneh dan mengagumkan. Sebuah pengalaman spiritual yang unik, langka dan ngangenin. Awalnya tak aneh jika aku mengalami kesulitan untuk tidur, gelisah memikirkan segala permasalahan yang kuhadapi. Namun tadi malam semuanya terasa berbeda, rasa gundah, resah dan gelisah itu terasa begitu memilukannya. Jika biasanya rasa amarah, kesedihan, dan penderitaan yang kualami kulampiaskan dengan kemarahan, bersumpah serapah, dan mencaci diri. Tapi tadi malam semuanya kupendam dalam kebisuan, terdiam seraya mengingat asma-asma-Nya.
Entah apa yang merasuk ke dalam diriku. Hawa dingin musim panas terasa begitu menusuk tajam kedalam relung tulang-tulangku, meniupkan setitik kesadaran akan hinanya diriku sebagai makhluk berlumur dosa. Kusadari kelemahan dan ketidak berdayaanku sebagai hambaNya. Lalu secara spontanitas lidahku yang selama ini kelu untuk mengucap asma-asma-Nya, mendadak tergerak penuh haru memohon ampun atas segala dosa-dosaku. “Astagfirullah al adzim…, Astagfirullah al adzim.., Astagfirullah al adzim….” Sungguh ku tak kuasa apapun atas diriku, ku bahkan tak tahu apa yang akan terjadi sedetik ke depan. Maha Suci Allah yang segala sesuatunya berada dalam genggaman-Nya.
Sambil menahan haru kuteruskan membaca istighfar sebanyak-banyaknya, mulanya hanya kuniatkan sebagai pengantar supaya aku bisa tertidur. Namun aku masih terus terjaga, lalu kuambil tasbih kecil warna merah muda dan kuteruskan dengan membaca Subhanallah, Allhamdulillah, Allahu Akbar dan La ilaha Illallah masing-masing 99 kali. Sedikit kecewa kurasakan ketika mataku masih terbelalak lebar, terjaga dengan segarnya. Dalam keputus asaan, kucoba merayu-rayu Allah memohon belas kasih-Nya supaya segera menidurkanku lalu kuucapkan “Bismillahirahmanirahiim” sebanyak 99 kali. Sayangnya, aku masih juga terbangun…
Insomnia Kambuh
Sejenak aku terdiam… membayangkan diriku yang terbaring entah berapa lama di atas kasur menderita dengan segala kegelisahan yang ada sambil merayu-rayu dan meminta belas kasih Tuhannya yang seolah tak bersambut. Membuatku semakin sadar betapa kecil dan hinanya diriku. Dadaku terasa semakin sesak, namun kucoba sebisa mungkin untuk tetap tenang. Air mataku hampir menitik, tapi kusadar itu tiada gunanya. Namun, keputus asaan dan kegelisahan kembali mendera diriku dan semakin menjadi. Kucoba untuk tetap tenang dan kembali membaca istighfar. Namun kali ini…, lidahku begitu kelu dan beratnya ketika kuucapkan Astagfirullah al adzim. Dan tiba-tiba.., “Subhanallah…”, tarikan nafasku semakin tak karuan, sekujur tubuhku menggigil hentak kedinginan, dan tanganku yang masih memegang tasbih bergetar sehingga tasbih itupun terjatuh…
Aku tersentak dan terkejut… Kuucapkan lagi “Astagfirullah al adzim, Astagfirullah al adzim…” dengan nada yang semakin keras, kucoba untuk menyadarkan diriku atas apa yang sedang terjadi. Dan tak terasa air matakupun menitik tak terbendung lagi. Kuulang-ulang bacaan istighfar sebanyak mungkin sambil kucoba menenangkan diri. Kemudian kusibakkan selimut, kuhapus air mata dan kubimbing jasadku untuk bangun dan kutarik nafas dalam-dalam…
Sesaat ku merasa tenang, kulihat sekelilingku begitu temaram. Kunyalakan lampu kamar dan tiba-tiba mendadak timbul semangat untuk shalat. Kuambil air wudlu dan kubasuh mukaku, sungguh terasa segarnya dan membuatku semakin bersemangat. Namun ketika kubaca do’a setelah wudhu, kuteringat makna yang terkandung di dalamnya. Helaan nafasku kembali tersengal. Ku kembali ke kamar dan kulihat jam waktu itu menunjukkan pukul 03:05 pagi. Sungguh hening terasa suasana di sekelilingku, udara segar meniup lembut membelai kulitku, hanya dentingan jam dan helaan nafasku yang masih tersengal yang kudengar.
Aku Menyerah
Kumulai shalat dan kucoba memahami setiap do’a yang terkandung di dalamnya. Kubaca perlahan, kalimat demi kalimat.., dan “Subhanallah…”, ketika kubaca ayat “Ar-Rahmaanirahim” air mataku kembali menitik dan ku menangis lagi, ku teringat segala kegelisahanku atas segala cobaan yang Allah berikan dan ku mengadu, memohon dan merayu agar Allah memberikan sifat rahman rahim-Nya. Ketika kubaca “Maliki Yaumiddin” sekujur tubuhku merinding mengingat segala dosa dan kekhilafan yang selama ini pernah kulakukan. “Iyyaka Na’budu Wa Iyyaka Nastain”, sungguh memalukan diri ini yang hanya banyak meminta dan tak sudi beribadah… Begitu pula dengan ayat-ayat berikutnya, sampai kubaca ayat terakhir Surat al-Fatihah tangisku semakin menjadi sehingga nafasku benar-benar tak karuan.
Entah berapa lama, sejenak ku terdiam menahan isak tangis dan nafasku yang masih tak teratur. Ku baca surat selanjutnya dengan tangis yang belum juga reda sambil terbata-bata. Sampai akhirnya pada akhir rakaat kedua, kumulai bisa menenangkan diri. Namun pada rakaat ketiga, yaitu ketika kubaca dua ayat terakhir surat al_Baqarah tepatnya ayat “Yagfiru Limanyasya Wa Yu’adzibu Man Yasya” air mataku terjatuh lagi. Untuk beberapa saat aku terdiam menahan tangis, namun tak jua reda. Kupaksakan membaca ayat selanjutnya dengan terbata-bata. Sampai akhirnya tangisku memuncak ketika kubaca “La Yukalifullahu Nafsan Illa Wus’aha…al ayata”.
Entah apa tepatnya yang kurasakan saat itu, namun semuanya terasa begitu satir, menyindir, menguliti, dan menelanjangi jiwaku. Apalagi setelah selesai shalat kuteruskan dengan membaca al-Qur’an, dan “Subhanallah….” Tanpa sengaja Surat yang kubuka dan akan kubaca berturut-turut adalah “Surat Al-Muzzammil dan Surat Al-Muddatsir“. Tak pelak lagi, air mataku semakin bercucuran lagi dengan derasnya teringatkan bahwa ini bukanlah kebetulan semata.
Tangisku mulai mereda setelah ku selesai membaca Qur’an. Aku masih kebingungan, mencoba memahami arti dari segala yang terjadi. Namun saat itu, sungguh ku merasakan kebahagiaan tersendiri yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Lalu kutatap bayangan wajahku di dalam cermin. Kulihat mataku begitu merah, menangis dengan cengengnya. Namun Aku lebih bahagia, tersenyum atas apa yang kurasakan saat itu. Ketika kusadari bahwa aku baru saja mengalami suatu peristiwa yang luar biasa, dengan penuh haru dan bahagianya, seketika itu pula aku sujud syukur dengan sesyukur-syukurnya. Lalu air matakupun kembali menitik semakin derasnya… Sampai sekian lama akhirnya adzhan shubuhpun terdengar dari kejauhan, kuangkat kepalaku dan kududuk bersila sambil tertunduk mendengar dengan khusyu panggilannya dan kusiapkan diri untuk shalat shubuh.
Memang pengalaman aneh, unik dan tak terjadi setiap hari. Entah apa yang membuat peristiwa semacam itu terjadi, terlepas dari apakah karena memang aku lagi nyadar atau hanya karena bukti ketidakberdayaanku saja. Tapi sungguh suatu sensasi yang luar biasa nikmatnya dan baru terjadi sekali ini seumur hidupku.
Al-Quran and Sunnah Is My Way
Me too, insya Allah
yah segala sesuatunya itu jika di kembalikan ke ALLAH SWT selalu bermanfaat mas, kitanya aja kadang yang mempertuhankan penyakit :D, parahnya mempertuhan komputer pulak, berjam-jam depan pc mpe lupa sholat gaswattt dah kalo gitu 😀
Bener banget sob, kejadian di atas buat saya memang sudah jelas maksudnya. Termasuk komentar Kang Gunawan kali ini menjadi wasilah penyampai tandzir-Nya, karena kebetulan sya emg blm shalat malam ini, hehhee…
Subhanallah. setelah itu gimana imsomnianya mas ? berhenti apa ndak ya.
Sampai sekarang masih sih, tapi ya mu digimanain lagi selain disabarin. Ternyata banyak hikmahnya juga kalo dimanfaatkan…